Pages

Sabtu, 15 Desember 2012

About Teknologi Seluler

A. Konsep Dasar Sistem Seluler
     Sistem seluler adalah sistem yang jenius sebab sistem ini membagi suatu kawasan dalam beberapa sel yang kecil. Hal ini digunakan untuk memastikan bahwa frekuensi dapat meluas sehingga mencapai semua bagian pada kawasan tertentu sehingga beberapa pengguna dapat menggunakan ponsel mereka secara simultan tanpa jeda dan tanpa terputus –putus.

B. Definisi Seluler
     Pada sistem seluler, untuk menggambarkan cakupan area secara geografis digunakanlah sistem penggambaran heksagonal. Area inilah yang disebut sel (cell). Untuk menggambarkan sebuah sel bentuknya heksagonal bukan lingkaran. Karena jika sebuah sel digambarkan dengan bentuk lingkaran, maka sel satu dengan yang lain tidak dapat saling bersinggungan dengan sempurna. Pada sistem seluler, semua daerah dapat dicakup tanpa adanya gap sel satu dengan yang lain sehingga kurva heksagonal lebih mewakili, Karena cakupan area dapat tergambarkan dengan rapi serta men-cakup keseluruhan area.
     Setiap sel terbagi dalam beberapa sector atau area individual untuk efisiensi. Antena akan melakukan pengiriman sinyal pada setiap sel. Yang perlu anda pahami, antenna tidak mencakup area secara keseluruhan, akan tetapi hanya sebagian saja dari sebuah area sedangkan bagian yang lain akan dicakup oleh antena yang lain.
Di mana sebuah antena akan dapat mengirim dan menerima sinyal pada tiga daerah yang berbeda, di mana setiap sel hanya tercakup  sebagian saja dari ketiga sel yang ter-cover.
     Beberapa komponen penting pembentuk sistem dari seluler adalah peralatan seluler itu sendiri, Base Station, Base Station radio, antena, Base Station Controller yang akan mengatur beberapa Base Station, dan Switch Mobile yang berfungsi sebagai pengatur lalu lintas dari beberapa sel dan berhubungan pula dengan jaringan telepon publik.
     Baik analog atau digital mobile menggunakan jaringan dari beberapa Base Station dan antena untuk meng-cover area yang sangat luas. Area yang di-cover oleh Base Station disebut sel (cell), sedangkan titik di mana Base Station dan antena ditempatkan disebut cell site.
     Setiap sel mempunyai ukuran diameter kurang lebih 26-32 Km2 dengan radius jangkauan 1 hingga 50 Km, dan setiap sel tersebut akan membentuk grid-grid heksagonal seperti sarang lebah yang luas meng-cover seluruh area. Pada system Global System Mobile (GSM) dan Personal Communications Service (PCS)  mempunyai sel yang lebih kecil, yaitu 6 Km.
     Setiap cell site sebuah Base Station mempunyai pemancar 800 Mhz – 1900 MHz dengan diperlengkapi dengan antena untuk mengatur cakupan wilayahnya. Setiap Base Station dipilihkan frekuensi dengan hati-hati untuk mengurangi interferensi dengan sel tetangga. Layanan pancaran akan sangat tergantung dari keadaan topografi, kepadatan populasi, dan kepadatan lalu lintas data. Pada sistem GSM dan PCS, dibuat tingkatan-tingkatan stasiun yang terdiri dari:
·      Pico cell, yang meng-cover di dalam sebuah banguna gedung.
·      Micro cell, akan meng-cover area outdoor tertentu sehingga cocok digunakan untuk pengguna yang tidak begitu sering bergerak (slow moving subscriber).
·      Macro cell, meng-cover kawasan area yang paling luas digunakan untuk pengguna yang sering bergerak (fast moving subscriber).
     Base station adalah peralatan yang mempunyai fungsi guna untuk mengatur layanan pancaran. Di dalam sistem GSM dan PCS 1900 dilakukan oleh Base Station Controller (BSC). Nokia memfungsikan Base Station Controller (BSC) sebagai Switch yang berkapasitas besar untuk mengatur beberapa fungsi seperti pengaturan handover, manajemen sumber daya jaringan dan mengatur konfigurasi data setiap selnya. Base Station ini juga mengatur konfigurasi pemancar dan frekuensi setiap selnya, tergantung dari kompleksitas dan kapasitas dari sistem.
     Fungsi BSC dapat dikembangkan menjadi Mobile Telecommunication Switching Office (MTSO) atau sering di sebut Mobile Switching Center (MSC). Dengan menggunakan Advanced Mobile Phone System (AMPS) atau Digital Advanced Mobile Phone System (D-AMPS), Mobile Switch akan mengatur keseluruhan jaringan. Mobile Switch ini akan berinteraksi dengan database dari jarak jauh dan ke jaringan PSTN (Public Switched Telephone Network). Pengecekan akan dilakuakn untuk mengetahui apakah pelanggan tersebut mempunyai account yang valid sebelum dilanjutkan untuk melakukan pemanggilan, kemudian mengirimkan layanan panggilan seperti pemanggilan ID.

C. Frequency Reuse
     Inti dari teknologi seluler adalah konsep Frequency Reuse. Di dalam Frequency Reuse, frekuensi yang sama diatur untuk dapat digunakan, kemudian digunakan kembali secara sistematis diseluruh area cakupan. Jika anda mempunyai Frequency Reuse, maka anda telah menggunakan prinsip kerja teknologi seluler. Frequency Reuse digunakan untuk membedakan seluler dengan layanan telepon mobile konvensional, di mana terdapat beberapa frekuensi yang digunakan pada area yang luas dengan beberapa pengguna yang berkepentingan memakainya dalam channel yang sama.

Gambar 1 Frequency Reuse
     Teknologi Seluler sangat bergantung pada jaringan sel-sel yang terdistribusi, di mana setiap cell site mempunyai antenna sendiri dan peralatan radio yang lain, dengan menggunakan low power dan berkomunikasi secara mobile. Pada setiap sel digunakan frekuensi yang sama diatur pula untuk digunakan di sel yang lain. Akan tetapi, setiap sel yang mempunyai frekuensi yang sama tersebut diberikan jarak ruang yang jauh untuk mengurangi interferensi. Oleh karena itu, pada sistem ini, frekuensi yang sama dapat digunakan beberapa kali. Dengan kata lain, setiap sel menggunakan frekuensi yang sama. Dapat dilihat pada Gambar 2.1 di mana masing – masing huruf menyatakan kelompok frekuensi. Setiap Base Station akan mengatur power output, untuk memberikan kecukupan sinyal tenaga pada seluruh sirkuit, dan mengatur untuk tidka terlalu tinggi sehingga akan meluas ke sel yang lain. Setiap huruf pada Gambar 2.1 mewakili pengaturan  channel yang berbeda pada frekuensi yang sama. Pada sistem seluler setiap sel akan di-share pada sebuah channel. Hal ini bertujuan untuk mengurangi interferensi saat penggunaan frekuensi yang sama dalam sistem tersebut.

D. Penambahan Sel Dan Pengaturan Sektor Sel
     Sel dapat diperluas cakupannya dengan menambah sel baru dan mengatur sektornya. Untuk menghindari ruwetnya sel, penambahan sel dilakukan menjadi sel yang lebih kecil seperti sel ukuran micro dan pico, yang diatur oleh sel yang lebih besar.
     Membagi sel (splitting cell) tidak berarti memecah sel ke ukuran sel yang lebih kecil, tetapi memecah berdasarkan sektornya. Dalam sebuah antenna di Base Station, radiasi akan menyebar secara merata pada semua arah. Dengan menambahkan beberapa antenna pengarah pada tower yang sama akan membagi sektor tersebut menjadi 3 hingga 6 area yang lebih jelas (masing – masing 120 dan 60 derajat) sehingga setiap sector dapat beroperasi dalam frekuensi yang sama.
     Pembagian sel ini adalah solusi yang tepat akan tetapi membutuhkan biaya yang relative besar.Sebagi contoh AT&T telah mulai melakukan spiliting macrochell-nya pada tahun 1994 (menggunakan IS-136 pada frekuensi 800 Mhz dan 1900 MHz). Sampai tahun 1997 telah menambahkan 33 microchell dengan menghabiskan biaya $30 juta.
     Saat cakupan sel yang terlalu luas dan hanya melayani beberapa pelanggan, penggunaan Frequency Reuse tidak diperlukan. Saat pengguna bertambah banyak, kepadatan sistem dapat ditanggulangi dengan membagi sel ke dalam sel yang lebih kecil sehingga dapat melayani user lebih simultan. Sel baru dapat ditambahkan pada sel yang sudah ada, dengan mengkombinasi-kan sel pada sel orisinil.
     Dengan cell splitting ini akan menambah kapasitas jalur pada daerah yang mempunyai permintaan yang tinggi. Pembagian tersebut adalah trademark  dari autoplex celluler radio sistem. Pada sistem ini, unit yang portable atau mobile akan dapat melakukan pancaran dan penerimaan sinyal dari Base Station pada channel sel tersebut.
     Layanan seluler dicakup oleh beberapa sel – sel yang berukuran kecil, cakupan sinyal radio dalam sel ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
·      Omnidirectional (azimuthally) di mana dalam sebuah group mempunyai sebuah antena
·      Sectored, biasanya menggunakan 3 antena dalam sebuah grup dengan arah antenna adalah 120o.
     Setiap sektor mempunyai kurang lebih sebuah Radio Frequency (RF) sebagai carrier (pembawa informasi) frekuensi. Carrier Frequency ini mengiidentifikasi dua buah frekuensi yang berlainan, yaitu Downlink dan Uplink. Kedua frekuensi ini digunakan secara simultan dengan menggunakan metode Frequency Division Duplexing (FDD). Beberapa sistem teknologi baru dari 3G menggunakan Time Division Duplexing (TDD) sebagai alternatif interval waktu saat transmisi dan penerimaan pada frekuensi radio yang sama.

E. Hand Over
     Hand Over adalah unsur utama dalam jaringan wireless seluler sehingga dengan teknik Hand Over atau Hand Off ini, sinyal akan secara simultan dapat terkoneksi dan conversation antara Peralatan Mobile Seluler dengan Router atau Switch dapat terjaga.
     Pengguna seluler mempunyai ruang gerak yang sangat luas, dan user ini dapat  berpindah pindah sel tanpa dapat dihindari sehingga keutuhan sinyal akan sangat diperlukan. Cakupan sel mempunyai area yang terbatas sehingga beberapa sel dibuat untuk menjaga keutuhan sinyal untuk terjadinya saling kontak. User yang berpindah antar sel, tanpa disadari telah dilakukan suatu proses Hand Over, di mana pada jarak tertentu user akan mempunyai kualitas sinyal yang akan melemah karena jauh dari pusat Base Stationnya. Karena sinyal ini melemah, Base Station terdekat akan memberikan informasi pada Base Station lain yang lebih dekat untuk memindahkan frekuensinya ke Base Station tersebut sehingga kualitas sinyal akan menjadi lebih baik.
     Pemindahan ini dilakukan secara otomatis dan sangat cepat sehingga pengguna tidak merasa bahwa telah dilakukan pemindahan frekuensi ke Base Station baru yang paling dekat.

F. BSC (Base Station Controller)
     BSC merupakan singkatan dari Base Station Controller yang merupakan sebuah stasiun pengendali dari beberapa BTS (Base Tranceiver Station) di wilayah tertentu. BSC ini mengatur semua hubungan radio dari jaringan GSM. BSC sendiri juga merupakan sebuah Switch berkapasitas besar yang menyediakan fungsi seperti handover dari sebuah MS (Mobile Station) saat MS tersebut berpindah dari satu sel ke sel lain dalam BTS yang berbeda, penyediaan channel radio dan kumpulan dari konfigurasi data beberapa sel.
     Selain hal yang telah disebutkan di atas, fungsi lain dari BSC adalah untuk mengontrol bagian terpenting dari jaringan radio. Tugas terpentingnya adalah untuk memastikan fungsi terbaik dari sumber daya radio. Berikut merupakan fungsi – fungsi utama dari BSC :
a.         Radio Network Management
b.         RBS management
c.         TRC Handling
d.        Transmission Network Management
e.         Internal BSC Operation and Maintenance
f.          Handling of MS Connection
1)        Radio Network Management
Pada Radio Network Management, terdapat beberapa tugas manajemen yang harus dilakukan, antara lain :
a)         Administrasi dari data jaringan radio :
·      Deskripsi data sel
     Contoh : identitas sel, nomor channel BCCH (Broadcast Control Channel), kekuatan keluaran minimum dan maksimum pada sel, tipe RBS (Radio Base Station), dll
·      Sistem informasi data
     Contoh : informasi apakah suatu sel tidak dapat mengakses, power output maksimum dan minimum yang diijinkan dalam suatu sel, identitas channel BCCH dalam lingkungan sel.
·      Data lokasi
     Contoh : tingkatan sel yang digunakan dalam HCS (Hierarchial Cell Structure) dan situasi di mana trafik sedang tinggi.
·      Data yang memuat pembagian sel, termasuk parameter untuk melakukan handover secara cepat dari sel yang padat.
b)        Pengukuran Trafik :
Tugas yang harus dilakukan adalah melakukan pengukuran yang berkaitan dengan jumlah panggilan, kepadatan, level trafik untuk sebuah MS, jumlah handover, jumlah hubungan yang gagal, dll.
c)         Pengukuran kanal (channel) yang bebas :
RBS mengumpulkan statistic dari HP tentang kekuatan dan kualitas sinyal. Statistik ini digunakan selama proses alokasi channel, oleh karena itu channel yang interferensinya lemah di alokasikan untuk hubungan.
2)        Radio Base Station Management
     Implementasi RBS adalah orientasi penerima dengan jaminan tambahan fitur yang bagus. Ini berarti kecil kemungkinan perangkat menggunakan beberapa transceiver dalam RBS. Model logic dari RBS dapat dibangun dalam BSC dan perangkat RBS dapat dibatasi, disambung dan tidak disambung. Tugas utama RBS Management adalah :
a)         RBS configuration : termasuk alokasi frekuensi untuk kombinasi channel dan level power untuk setiap sel menurut persediaan perangkat. Jika terdapat kerusakan pada perangkat karena kehilangan channel penting, perangkat akan rekonfigurasi, dan mengorbankan channel – channel yang kurang penting.
b)        Penanganan software RBS : menyediakan control dari load program.
c)         Pemeliharaan perangkat RBS : RBS yang rusak dan terganggu akan terkunci secara otomatis.
3)        Penanganan TRAU (Transcoding and Rate Adaption Unit)
     Walau TRAU dialokasikan dalam TRC (Transcoder Controller), BSC sebagai pengontrol persediaan sumber daya radio pada jaringan GSM, secara rutin mengkoordinasi keadaan TRAU untuk call. Selama call set-up, BSC menginstruksikan TRC untuk mengalokasikan peralatan TRA (Transcoding Rate Adaption) untuk call. Jika satu memungkinkan TRC mengkonfirmasikan alokasi dari perangkat TRA. Dan BSC akan mengontrol perangkat TRA tersebut selama call berlangsung.
4)             Manajemen Jaringan Transmisi
     Transmission Network untuk BSC termasuk link – link untuk dan dari MSC/VLR dan RBS, termasuk transmission interface handling yang menyediakan fungsi – fungsi administrasi, supervise, test dan lokalisasi kerusakan dari link RBS. Konfigurasi BSC, alokasi dan supervise sirkit 64 Kbps dari link PCM ke RBS. Ini juga secara langsung mengontrol remote Switch dalam RBS yang memungkinkan penggunaan sirkit 64 Kbps secara efisien.
     Base Station Controller juga dapat berupa CBSC (Centralized Base Station Controller). CBSC yang terhubung dengan Operations and Maintenance Center-Radio (OMCR) merupakan interface ke jaringan termasuk juga ke semua sel site dalam area layanannya. OMCR berfungsi sebagai interface ke sistem dan menyediakan manajemen konfigurasi, fault detection, security dan manajemen performasi. Setiap OMCR dapat menangani sampai delapan CBSC. CBSC terdiri dari dua komponen yaitu Transcoder dan Mobility Manager (MM). Transcoder berfungsi sebagai :
1.         Terminasi span line dari BTS dan Switching.
2.         Supervisi dan grooming traffic dan link control.
3.         Translasi dari sinyal QCELP ke 64 kbps PCM dan sebaliknya.
     Transcoder terdiri dari vocoder, multiple serial interface, kiloport Switch, dan generic processor cards. Sedangkan mobility Manager berperan dalam pengontrolan kanal radio termasuk call set-up, channel assignment, overhead messages dan signaling. Fungsi dari OMCR diantaranya :
1.    Fasilitas window based untuk sistem operasi dan maintenance.
2.    Manajemen alarm dan event.
3.    Manajemen performansi.
4.    Data Collection Management.
5.    Fault management.

G. BTS (Base Tranciever Station)
     BTS (Base Transceiver Station) merupakan perangkat radio yang berhubungan langsung dengan MS (Mobile Station) melalui air interface melayani suatu area cakupan GSM yang terdiri dari sistem antena, penguat daya frekuensi radio dan seluruh proses sinyal digital.dengan alokasi frekuensi di atas 5 GHz dan gelombang microwave  ang memiliki frekuensi diantara 3 GHz sampai 12 GHz.
     BTS merupakan elemen dasar dari suatu system radio, yang dapat menyediakan kanal bagi pelanggan, dan sebagai elemen jaringan yang melayani fungsi-fungsi penting pada antenn. Sebuah BTS dapat dipandang sebagai sebuah sel yang dapat membawa 1 sampai 8 pembawa, di mana 1 pembawa terdiri dari 8 slot waktu. BTS dapat dihubungkan secara local bersama dengan BSC atau dihubungkan dari tempat terpisah melalui Base Station Interface Equipent (BIE)
1.         Komponen Utama BTS
a.         Core atau Inti  (COBA / COSA)
     COBA merupakan prosesor yang bekerja di mana dikendalikan oleh software.Modul atau perangkat Core pada BTS Siemens digunakan sebagai tepat penyimpanan software dan database, pembangkit waktu (Clock Generator), Alarm Handling, jalur antaruka (link Interace) serta menngani dan megolah pesan
Fungsi Utama COBA:
1)   Local Control pada BTSE
2)   Penghasil clock system
3)   Menyediakan maximum 8 Abis Interface ke BSC dan BTSE lain (kombinasi dengan COSA)
4)   Per-routing data Abis ke 24 CU (Maximum)
5)   Menyediakan interface bagi LMT
6)   Penanganan dan pemrosesan data-data O&M (Operatio & Maintenance)
     Jika COBA mengalami kerusakan atau COBA mengalami error (Faulty) maka harus diganti dengan yang baru dalam proses penggatian itu harus dilakukan commissioning yaitu proses menginstal ulang database pada COBA yang baru. COSA berfungsi untuk menambah kapasitas koneksi COBA ke CU menjadi maximal 16 CU di mana 1 interface PCM30 mampu dibebani 16 TRX ( 1 CU mampu melayani 1 TRX ).
b.         Carrier Unit
     Carrier Unit (CU) berfungsi untuk pemrosesan seluruh sinyal analog dan sinyal digital termasuk pengaturan RF pada suatu Carrier, sedangkan daya yang dipancarkan tergantung tipe band frekuensi operasi yang digunakan.

Gambar 2CU (Carrier Unit)
c.         Duplexer Amplifier Multi Coupler (DUAMCO)
     DUAMCO atau ACOM (Combiner) berisi duplexer untuk routing antara pemancar dan penerima pada antena yang sama,dan beroperasi pada frekuensi yang sama juga terdapat filter untuk pemancar dan penerima sinyal pula. Pada GSM 900 dinamakan DUAMCOG dan untuk GSM 1800 (DCS) dinamakan DUAMCO .Umumnya hanya dapat meng-handle satu sektor saja untuk satu DUAMCO. Dapat juga sebagai penyaring untuk sinyal pemancar dan penerima.
     Pada bagian penerima terdiri dari LNA (Low Noise Amplifier) dan power spliter. LNA menyediakan sistem suara yang relatif rendah dan terdiri dari dua cabang (untuk redudancy). Dalam hal ini systempenerimaan DUAMCO menurun sekitar 6dB pada suatu ampifier. Power spliterr menyalurkan sinyal ke CU. Sedangkan pada bagian pemancar terdiri dari Isolator, Hybrid coupler dan Antenna Supervision Unit (ASU), untuk mendapatkan tegangan maksimal Voltage Standing Wave Ratio (VSWR). Isolator akan berfungsi untuk melindungi bagian dalam dari Power Aplifier di CU dari peralatan lainya dan menyediakan required inter-modulation suppresion.
Gambar 3 DUAMCO[2]
H. Kabel Feeder
     Kabel feeder adalah kabel penghubung antara perangkat Base Tranceiver Station (BTS) dengan antena. Jelas fungsinya adalah sebagai media transmisi agar perangkat BTS dapat dipancarkan melalui antena. Banyak merk kabel feeder diantaranya Andrew, Leoni, NK, Drakka. Harganya pun bervariasi dari yang termahal adalah Andrew. Dengan nilai yang dibayar mahal tersebut didapat kualitas yang lebih bagus. Parameter sebagai penanda feeder itu bagus/ tidak adalah nilai attenuasi. Semakin bagus maka nilai attenuasinya akan semakin kecil.
Gambar 4 Kabel Feeder
I. Antenna Sektorial
     Antenna Sektoral kadang kala disebut dengan Antenna Patch Panel pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan antena omni. Biasanya digunakan untuk Access Point bagi sambungan Point-to-Multi-Point (P2MP). Umumnya antenna sektoral mempunyai polarisasi vertikal, beberapa diantaranya juga mempunyai polarisasi horizontal.
     Antena sektoral umumnya mempunyai penguatan lebih tinggi dari antenna omni sekitar 10-19 dBi. Sangat baik untuk memberikan servis di daerah dalam jarak 6-8 km. Tingginya penguatan pada antenna sektoral biasanya dikompensasi dengan lebar pola radiasi yang sempit 45-180 derajat. Jelas daerah yang dapat di servis menjadi lebih sempit, dan ini sangat menguntungkan. Antena sektoral biasanya di letakan di atas tower yang tinggi, oleh karena itu biasanya di tilt sedikit agar memberikan layanan ke daerah di bawahnya.
                                     Gambar 5 Antena Sektorial          

J. Sitemaster
     Site Master adalah produk dari Anritsu yang digunakan untuk mengukur Voltage Standing Wave Ratio, Return Loss, Insertion Loss, dan Distance To Fault yang dihasilkan oleh media pembawa gelombang Radio Frequency (RF) seperti kabel koaksial, konektor RF, dan antena.
     Sehingga alat ini banyak digunakan di industri telekomunikasi selular dan broadcasting. Bila hasil pengukuran VSWR bagus, berarti sistem transmisi RF telah efisien dalam memancarkan energi dari Transmitter ke Antena. Namun, jika tidak maka berarti ada masalah di sistemnya, hal ini dapat ditelusuri dengan menggunakan pengukuran DTF. Pengukuran DTF-VSWR akan menunjukkan titik di sistem transmisi RF yang bermasalah.
     Pengukuran VSWR pada dasarnya adalah membandingkan amplitudo gelombang yang dikirimkan ke antena dengan gelombang yang terpantul kembali ke Site Master. Idealnya gelombang yang dikirim ke antena 100% terpancarkan (radiasi) dan 0% yang terpantul kembali, kondisi ini adalah kondisi di mana VSWR=1.0. Bila ada gelombang pantul maka nilai VSWR > 1.0.[3]
Gambar 6 Site Master Anritsu Model S332D

Gambar 7 Fungsi-fungsi tombol di SWR Anritsu.
K. Antena Microwave
     Antena Microwave  dipergunakan untuk menggantikan peran fungsi kabel, seperti PCM cable atau fiber optic. Namun baik microwave  dan fiber optic memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan microwave  ialah infrastruktur yang dibangun lebih murah, sedang kekurangan microwave  kapasitas lebih rendah, kualitas bisa lebih buruk jika terjadi gangguan di udara. Lalu alternatif lain fiber optic, dengan kelebihan kapasitas lebih besar (fisik lebih kecil) ditunjang kualitas data lebih baik.
Gambar 2.8 Antena Microwave

L. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)
     Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) didefinisikan sebagai perbandingan (atau rasio) antara tegangan rms maksimum dan minimum yang terjadi pada saluran yang tidak match. Bila saluran transmisi dengan beban tidak sesuai (missmatch), di mana impedansi saluran tidak sama dengan Impedansi beban dan gelombang dibangkitkan dari sumber secara kontinyu, maka dalam saluran transmisi selain ada tegangan datang V+ juga terjadi tegangan pantul V-. Akibatnya, dalam saluran akan terjadi interferensi antara V+ dan V- yang membentuk gelombang berdiri (standing wave). Suatu parameter baru yang menyatakan kualitas saluran terhadap gelombang berdiri disebut dengan Voltage Standing Wave Ratio (VSWR).
Di bawah ini beberapa persamaan rumus VSWR :
VSWR = Vmax / Vmin …………………………………………(1)
1 + √ (RP / FP)
VSWR = …………………………………..(2)
1 – √ (RP / FP)
Coeffisien Reflected : .ρ =(VSWR-1) / (VSWR+1) ……….(3)
Return Loss (RL) : RL= -20 log ρ ……………..……(4)
FP = Forward Power (Daya yang dipancarkan dari sumber ke beban)
RP = Reflected Power , (Daya pantul dari beban ke sumber)
ρ = Coeffisien pantul
     Hubungan antara VSWR dengan Return Loss prinsipnya sama saja, nilai VSWR sendiri dinyatakan dalam rasio atau perbandingan dan nilai Return Loss dinyatakan dB (decible). Antena yg bagus menyerap energi 90% dan 10% yg dipantulkan kembali ke sumber.
Nilai VSWR ini sangat dipengaruhi oleh dua hal :
1.    Perbedaan Impedanasi saluran transmisi dengan beban.
2.    Diskontinuitas saluran transmisi, yg disebabkan oleh pemasangan konektor yg kurang bagus, bending feeder terlalu berlebihan atau kerusakan pada feeder itu sendiri.
Ada 5 (lima) item prosedur pengukuran, diantaranya adalah :
1. Setting  Frekuensi dan Kalibrasi
2. Pengukuran Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)
3. Pengukuran Return Loss (RL)
4. Pengukuran Distance To Fault (DTF)
5. Pengukuran Cable/Waveguide Loss (CL)
                                                               
 
Copyright 2012 Rachman's Blog. Powered by Blogger
Blogger by Blogger Templates and Images by Wpthemescreator
Personal Blogger Templates